Senin, 19 April 2010

Qiyadah Wal Jundi


Qiyadah-Jundiyah Yang BERSAHABAT!
Bismillahirrahmanirrahim…
“Tidak ada Islam tanpa jama'ah , tidak ada jama'ah tanpa qiyadah , dan tidak ada qiyadah tanpa ketaatan”. Demikian ungkapan Umar bin Khattab, yang mungkin kita sering dengar. Sudah menjadi sunnatullah bahwa sebuah pergerakan baru akan bergerak apabila ada yang menggerakkan, dan sudah sepatutnya sebuah pergerakan terdiri dari organisasi, pemimpin dan yang dipimpin. Namun, dalam perjalanan dakwah ini terkadang para pemimpin hanya menuntut untuk ditaati tanpa ia melakukan atau memperhatikan unsur - unsur yang menimbulkan ketaatan tersebut. Sebaliknya, yang dipimpin terkadang begitu mudahnya melanggar atau tidak mentaati amanah pemimpinnya hanya karena ia merasa kurang dekat atau kurang diperhatikan oleh sang pemimpin.

Ikhwahfillah ...
Dalam gerakan dakwah kampus tentu tidak sepatutnya melulu berkutat pada persoalan pribadi antara qiyadah dan jundiyah yang beramal didalamnya, oleh sebab itu pentingnya kesalingpahaman antara kedua belah pihak. Qiyadah hendaknya tidak hanya menuntut untuk dipahami dan ditaati oleh para jundiyahnya, ia harus menjadi bagian atau berempati terhadap kondisi yang dialami oleh para jundiyahnya. Sesekali membuat kebijakan tanpa terlebih dahulu meminta pendapat para jundiyah, terlebih dalam keadaan mendesak adalah suatu hal yang biasa, tetapi apabila terlalu sering maka hal ini mungkin bisa menimbulkan ‘bencana’ yang luar biasa di organisasi dakwah tersebut.
Para qiyadah hendaknya menyadari bahwa jundiyahnya hanyalah manusia biasa yang punya rasa, mereka butuh bimbingan, perhatian, motivasi, serta penghargaan. Jangan melulu menuntut mereka memenuhi kebijakan yang telah dibuat, sesekali bertanyalah dan mintalah kritikan dari mereka atas kebijakan yang telah dibuat tersebut. Demikian pula halnya para jundiyah, harus menyadari bahwa qiyadahnya hanyalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, dan keterbatasan itu menjadi ladang amal bagi jundiyah. Qiyadah memiliki beban lebih dibanding jundiyah. Karena kelak ia akan mempertanggung jawabkan apa-apa yang dipimpinnya. Termasuk, apa yang dilakukan oleh para jundiyahnya selama ia memimpin.  Jangan melulu menuntut untuk diperhatikan oleh qiyadah, sesekali mbok yaa berinisiatif menginformasikan sesuatu tanpa terlebih dahulu diminta atau beramal tanpa menunggu untuk diinstruksikan. Intinya satu sama lain hendaknya membentuk simbiosis mutualisme yang di dasari oleh satu hal yaitu mardhotillah. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang diciptakan-Nya, termasuk yang tersembunyi dalam diri kita yaitu hati kita. Jadi…mari kita luruskan niat dan rapatkan barisan, jangan biarkan syaithon (dari golongan jin dan manusia) masuk ke dalam barisan kita dan membisikkan godaannya sehingga memporak-porandakan bangunan yang sudah kita susun BERSAMA selama ini.


An-Najm’ers
 Pemimpin, sekaligus dipimpin
Siap dipimpin dan memimpin.

Rabu, 17 Maret 2010

Detik-detik terakhir Rasululloh.SAW, menghadapi sakaratul maut

Assalamualaikum Wr Wb.

Artikel ini sudah sering diposting, akan tetapi bagi kaum muslim dimanapun berada agar tetap bersatu dan tidak terpecah belah serta tidak membuat perpecahan, maka mohon kiranya berkenan juga membaca, mengahayati dan sebagai bahan Renungan bagi kita bersama.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung - burung gurun enggan mengepakkan sayap, dan pagi itu, Rasulullah SAW dengan suara terbatas memberikan khutbah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih Nya, maka taati dan bertakwalah kepada Nya, Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku, Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku”. Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar.ra, menatap mata itu dengan berkaca - kaca, Umar.ra, adanya naik turun menahan nafas dan tangisnya, Usman.ra, menghela nafas panjang dan Ali.ra, menundukkan kepalanya dalam – dalam, Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba, “Rasulullah. SAW akan meninggalkan kita semua”, keluh hati semua sahabat kala itu, manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia, tanda - tanda itu semakin kuat, tatkala Ali.ra, dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah.SAW, yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar, disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik - detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah.SAW masih tertutup, sedang di dalamnya, Rasulullah.SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya, tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk ?”, tanyanya, tapi Fatimah. tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam”. kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu, kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku ?”

“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya”, tutur Fatimah lembut, lalu, Rasulullah.SAW menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan, seolah - olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang, “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, Dialah malaikatul maut”, kata Rasulullah.SAW, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah.SAW, menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya, kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah..?”, tanya Rasululllah. SAW dengan suara yang amat lemah, “Pintu - pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu, semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu”, kata Jibril, tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah.SAW lega, matanya masih penuh kecemasan, “Engkau tidak senang mendengar khabar ini ?”, tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?”, “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku : “Ku haramkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya”. kata Jibril.

Detik - detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugasnya, perlahan ruh Rasulullah.SAW ditarik, nampak seluruh tubuh Rasulullah.SAW, bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini”. perlahan Rasulullah.SAW mengaduh, Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka, “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu, “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal”, kata Jibril, sebentar kemudian terdengar Rasulullah.SAW, memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi, “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku”, badan Rasulullah.SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi, bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku”, “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.' di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan, Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan, ”Ummatii, ummatii, ummatiii ?', “Umatku, umatku, umatku', dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu, kini, mampukah kita mencintai sepertinya ? Allahumma Sholli 'Ala Muhammad Wa Baarik Wa Salim 'Alaihi. betapa cintanya Rasulullah.SAW. kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat - sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita, karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka,

QS.Al-Ahzab (33) : 56. yang artinya “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat- Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

QS. At-Tahrim (66) : 6. yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" .

QS. Al-Munafiqun (63) : 9.yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi”.

QS.Al-Hasyr (59) : 18.yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Sabtu, 13 Maret 2010

Korelasi Antara Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Tindakan

Publized by : Ns Da'i

Pengetahuan bukanlah sekedar memperoleh informasi,
melainkan sebuah proses transformasi.
(Mulla Shadra)

Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, maksudnya suci terbebaskan dari berbagai hal yang menghalangi komunikasinya dengan Tuhan. Seiring pertumbuhannya, kadangkala manusia itu mulai bergeser dari kontraknya dengan Tuhan, yang sebelum lahir ke dunia, hanya Dialah yang di imani. Pergeseran keimanan ini memerlukan kesadaran bahwa manusia itu mempunyai keawajiban untuk percaya terhadap Yang Maha Kuasa, yang memiliki kehidupan.

Menanamkan keimanan (pembenaran atau percaya) kepada Tuhan harus ditanamkan sejak dini. Dan memberi pengertian tentang iman harus menggunakan bahasa yang sederhana, karena Tuhan itu memang sederhana. Setelah manusia itu percaya adanya Tuhan ia harus meyebarkan sifat ketuhanan itu pada sesamanya.

Untuk mengetahui makna iman itu sendiri harus ditopang dengan ilmu pengetahuan yang luas, untuk menghindari kesalahan yang berhubungan dengan keimanan kita teradap Tuhan. Dengan landasan ilmu pengetahuan manusia akan terjaga dari hal-hal yang merusak keimanan seperti syirik, berbuat dzhalim dan segala bentuk kemungkaran. M. Shahrur seorang Mufassir Siria memberikan tamsil tentang kisah Ibrahim yang berdialog dengan Tuhan untuk memantapkan keimanannya sebagaimana dinukil oleh Safii Ma’arif: ….ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Hai Tuhanku! Tunjukkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”! Allah menjawab: “Tidaklah engkau pecaya kepadaku? Sahutnya: “ Ya aku percaya, tapi demi menetapkan hatiku,” Dari kejadian ini Shahrur kemudian menyimpulkan; ”kasus ini memberikan kepada kita kunci penting metode ilmiah murni yang tanpanya tidak mungkin orang memajukan ilmu, yaitu metode ragu untuk menuju keyakinan. Dari gambaran di atas, ungensi ilmu pengetahuan dalam mengimani sesuatu harus diuji melalui pendekatan ilmiah, untuk membawa kita pada kebenaran yang sejati, walaupun pendeketan ilmiah tidak sepenuhnya dapat dijadikan barometer kebenaran yang mutlak, karena kebenaran yang mutlak Tuhan itu sendiri.

Tulisan sederhana ini akan mencoba memberikan sedikit pemahaman tentag iman, ilmu dan amal. Sehingga keimanan kita selama ini tidak hanya sekedar percaya bahwa Tuhan iti ada, tapi kita dapat memberikan argumentasi bahwa Tuhan itu memang ada wujudnya. Hanya keterbatasan ilmu manusia yang tak dapat menjangkaunya. Walaupun kita tidak dapat mengetahui wujud Tuhan tapi kita wajib percaya dan mempelajari kebesaran Tuhan itu melalui ilmu pengethuan yang dimiliki dengan membaca alam semesta.

Memahami Keimanan Secara Fundamental

Pengertian iman menurut bahasa adalah pembenaran konfirmasi, sedangkan syar’ adalah pembenaran konfirmatif rasul terhadap segala sesuatu yang diketahui sumber kehadirannya secara pasti. Iman merupakan verbelitas keyakinan, pernyataan merupakan merupakan argumen ekplesitasnya dan praksis-praksis tindakan lahir dari hal yang disebut iman. Mengimani adanya Tuhan tidak cukup hanya sekedar meyakini dan mengucapkannya, tapi keimanannya itu harus diwujudkan melalui sebuah tindakan konkrit. Salah satu bukti keimanan itu ialah dapat mewujudkan apa yang telah diperintah-Nya dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Seperti menolong terhadap kaum-kaum lemah (mustadafin) yang membutuhkan pertolongan orang lain. Kaum lemah (mustadafin) mudah terpengaruh oleh godaan duniawi, yang dapat merusak keimanannya. Jadi harus ada keseimbangan antara hubungan vertikal dan hubumgan horizontal (hablun minallah, hablun minannas).

Jauh atau dekat dengan Tuhan sepenuhnya tergantung kepada suasana hati seseorang. Hati yang tulus dan nurani yang peka tidaklah sulit untuk mengkomunikasikan dengan Yang Ghaib, karena hati yang bersih, dapat terjaga dari perbuatan fasiq. Karena fasiq dapat merusak hati manusia yang beriman terhadap-Nya. Hati yang terjaga dari penyakit hati dapat mempermudah komunikasi dengan Tuhan dan terasa dekat bila kita selalu mengingat dan menjalani pesan-pesan-Nya yang tertuang dalam Kitab Suci.

Bagi seorang Muslim, iman adalah bagian paling mendasar dari kesadaran keagamaannya. Dalam berbagai makna dan tafsirannya, perkataan iman menjadi bahan pembicaraan yang tak kunjung usai di setiap pertemuan keagamaan,untuk di diskusikan dalam rangka mencapai kepahaman tentang iman, dan yang selalu disebutkan dalam rangka peringatan agar dijaga dan diperkuat. Keteguhan keimanan seseorang akan membawanya kepada tingkat keimanan yang luhur. Dalam hal ini manusia itu harus dapat menjaganya dari perbuatan yang dapat menggoyahkan keimanan. Seperti syirik dan hal-hal yang dapat menjauhkan diri kita kepada Yang Kuasa.

Dasar keimanan Islam itu memberi kemantapan dan keyakinan kepada diri sendiri yang sungguh besar. Dengan dasar iman yang kokoh, seorang Muslim merasa mantap dan aman, bebas dari rasa takut dan khawatir. Juga karena imannya, ia tidak pernah menderita rasa rendah diri berhadapan dengan orang atau bangsa lain, betapapun hebatnya. Jika iman itu betul-betul menancap pada diri Muslim, ia mempercayai hanya Tuhanlah yang mempunyai kekuatan dan menjaga dirinya dari hal-hal yang membahayakan.

Mengimani Adanya Tuhan Melalui Ciptaan-Nya.

Pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah untuk “mengabdi” kepada Allah atau memperkembangkan potensi-potensinya sesuai dengan perintah (amr) Allah dengan kemauannya sendiri dan untuk memanfaatkan alam (yang secara otomatis adalah Muslim, “atau tunduk kepada Allah), ia pun harus mempunyai cara-cara yang memadai untuk memperoleh nafkah dan untuk “menemukan jalan yang benar”. Mengimani adanya Tuhan tidak cukup sebatas percaya tanpa ada perenungan yang dapat membuktikan kebenaran adanya Tuhan. Dalam hal ini Tuhan telah banyak memberikan media untuk mengetahui-Nya lebih dekat. Media untuk mengenal Tuhan telah di jelaskan melalui al-Quran yaitu membaca ciptan-Nya baik yang ada bumi maupun di langit. Melalui perenungan terhadap ciptaan-Nya dan femnomena-fenomena yang terjadi menimpa umat manusia dapat di jadikan ibroh dan memberikan rasa percaya kita lebih mendalam. Ini terbukti dengan adanya dokumen tertulis yang di abadikan Tuhan melalui al-Quran, ketika ruh dan jasad Fir’un akan terpisah ia memberikan suatu pernyataan mengakui keagungan dan kekuasaan Tuhan.

.….hingga saat Fir’aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan (Q.S. Yunus: 10: 90)

Al-Quran tidak “membuktikan” adanya Tuhan tetapi “menunjukkan” cara untuk mengenal Tuhan melalui alam semesta yang ada. Bahkan seandainya tidak ada alam semesta yang bekerja sesuai dengan hukumnya, sedang yang ada hanyalah satu hal saja, maka hal ini pun karena sifat ketergantungannya, akan menunjukkan ke arah Tuhan. Hal ini juga dijelaskan oleh M. Quraish Shihab, kalau kita membuka lembaran-lembaran al-Qur’an, hampir tidak ditemukan ayat yang membicarakan wujud Tuhan. Al-Qur’an hanya mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan dan bahwa hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal kejadiannya.

Perbedaan pokok di antara manusia dan alam adalah: jika alam tidak dapat mengingkari perintah Allah kepadanya menurut kehendaknya sendiri. Jadi perintah kepada alam, di dalam diri manusia berubah menjadi perintah moral. Dengan demikian manusia memiliki posisi yang unik di dalam alam semesta ini. Dan karena keunikan posisinya itu kepada manusia dibebankan tanggungjawab yang unik dan tanggungjawab ini hanya dapat dilaksanakan melalui taqwa.

Ilmu Pengetahuan Sebagai media Meraih Keimanan Paripurna

Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik diri manusia itu sendiri maupun realitas di luar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya sampai saat ini selalu mengalami ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia. Ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Kerana, tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan. Memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu bererti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya untuk mendapatkan ridha-Nya. Karena setiap perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah, maka akan sia-sia.

Pengertian Kata Ilmu

Ilmu adalah bentuk masdar dari kata ’alima—ya’lamu-ilman yamg berarti tahu atau mengetahui. Kata ’ilm dan derefativnya dalam al-Qur’an disebut sebanyak 744 kali, dan khusus kata ’ilm disebut banyak 105 kali. Hal ini mengisyaratkan, bahwa ilmu sangat penting dalam urusan duniawi maupun ukhrawi.

Ilmu di definisikan sebagai sejenis ilmu pengetahuan, tetapi bukan sembarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu, berdasarkan kesepakatan di antara para ilmuwan. Ilmu, yang sudah menjadi bahasa indonesia, bukan hanya sekedar bahasa arab, tetapi juga tercantum dalam al-Qur’an. Dalam bahasa arab sehari-hari sebelum turunnya al-Qur’an, ilmu hanya berarti pengetahun biasa. Tetapi melalui al-Qur’an yang turun tahap demi tahap, kata ini berproses dan membentuk makna dan pengetehuan tersendiri, yang terstruktur. Memang kata ilmu itu bisa sekadar diartikan sebagai ”pengetahuan” biasa, tetapi bisa lebih dari itu, tergantung dari pemahaman orang terhadap makna kata tersebut.

Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam kata hikmah yang sudah menjadi kata Indonesia. Biasanya kata hikmah dipakai langsung tanpa terjemahan, dan pengertiannya adalah pelajaran. Kata ini sering digunakan dalam mengungkapkan pernyataan yang mengandung pelajaran yang dapat memberikan motivasi hidup terhadap orang lain. Baik motivasi untuk belajar ilmu pengetahuan maupun motivasi dalam meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. dan memberi motivasi kepada orang lain. Dalam al-Quran sendiri kata hikmah memang berkaitan dengan hasil pemikiran, hikmah merupakan sesuatu yang sangat berharga, seperti tercermin dalam al-Quran:

Allah memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang mendapatkan hikmah, sungguh ia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat megambil pelajaran (dzkir), kecuali orang yang berakal (ulil albab). (Q.S: 2: 268).

Dari ayat di atas kita memperoleh pula definisi ulil albab, yaitu orang-orang yang melakukan pemikiran secara berulang-ulang dan terus menerus, sehingga akhirnya bisa meraih pengetahuan yang tertinggi, atau hikmah. Orang yang memiliki aktivitas mental dan menggunakannya untuk menatap ayat-ayat Tuhan dan mengaktulisasikan dalam dunia praksis disebut ulil albab. Tapi, setinggi apapun pengetahuan seseorang, jika ia tidak peduli terhadap realitas sekitarnya, maka dia akan terperosok pada jalan yang salah. Dalam al-Quran juga dapat dijumpai gejala ini:

Sesungguhnya dalam terciptanya langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, adalah pertanda (ayat) bagi yang memiliki akal (ulil albab). Yaitu orang-orang yang refleksi tentang Allah (dzikir), ketika mereka itu sedang berdiri, sedang duduk, atau sedang berbaring di atas lumbung mereka, dan mereka memikirkan (tafakkur) tentang kejadian langit dan bumi. (dan mereka pun berkata): Tuhan kami, Engkau tidak menciptanya tanpa tujuan, Maha Suci Engkau. Selamatkan kami dari siksa neraka. (Q.S: 3:190-191).

Maulana Muhammad Ali dalam tafsirnya mengatakan terhadap ayat ini, sebagaimana di nukil oleh M. Dawam Raharjo, konsekwensi berpikir dan berdzikir adalah menuntut ilmu. Sedangkan dasar dari ilmu pengetahuan itu, menurut al-Quran adalah proses berpikir, mempergunakan penalaran dan perenungan yang mendalam (dzikir), agar keimanan yang sejati diperoleh dalam proses perenungan dan dzikir. Namun intinya adalah bahwa pengetahuan itu dapat di peroleh melalui observasi (bashir) terhadap segala sesuatu yang merupakan dasar dari pemikiran, penalaran, perhitungan, pengukuran, dan perenungan. Dengan kata lain ilmu adalah sesuatu pengetahuan yang dapat dijelaskan.

Meskipun manusia tidak mungkin mengetahui Diri dan Hakikat Tuhan, namun manusia diperintahkan, dan bisa menindakkan, untuk giat memahami alam, sebatas yang mungkin. Justru adanya kemampuan berilmu itulah yang menjadi dasar penunjukan manusia menjadi wali penganti Tuhan di bumi. Karena itu, manusia harus aktif berilmu dan beramal, dalam rangka tugas kekahalifahan itu. Jika kita menghendaki kebahagian di dunia dan akhirat, kita harus beriman dan berilmu sekaligus, yang kemudian keduanya, iman dan ilmu, itu akan mewarnai amal perbuatan kita. Sebab, amal perbuatan kita, berupa kegiatan keseharian, harus mendapatkan motivasi atau dorongan niat yang benar, sesuai bunyi hati nurani (kalbu, dhamir, atau fuad) yang telah dipertajam, di perpeka dan dihidupkan dengan iman dan ibadat atau kegiatn spritual, dan diterangi oleh perhitungan ilmiah atau rasional yang tepat. Penggabungan antara kedua iman dan ilmu itu, dengan masing-masing cara pendekatannya, hendaknya ada pada setiap pribadi Muslim.

Karena itu, sepanjang ajaran al-Quran, jaminan keunggulan dan superioritas, termasuk kemenangan dan kesuksesan, akan dikaruniakan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu. (Q.S. 58:11). Beriman dalam arti mempunyai orientasi Ketuhanan dalam hidupnya, dengan menjadikan perkenan Tuhan sebagai tujuan segala kegiatannya. Dan berilmu, berarti mengerti ajaran secara benar, dan memahami lingkungan hidup di mana dia akan berkiprah, sosial-budaya dan fisik. Iman saja memang cukup untuk membuat orang berkiblat kepada kebaikan, dan mempunyai ”itikad baik”. Tapi iman tidak melengkapinya dengan kecakapan dalam bagaimana melaksanakan semuanya itu jadi tidak menjamin kesuksesan, ilmu saja, mungkin membuat orang cakap berbuat nyata. Namun tanpa bimbingan iman, justru ilmunya itu akan membuatnya celaka, lebih celaka dari pada orang lain yang tidak berilmu. Nabi saw. bersabda: ”Barang siapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, maka ia tidak bertambah apa-apa kecuali semakin jauh saja dari Allah SWT.”

Dari uraian diatas setidaknya dapat memberikan pencerahan kepada kita bahwa keseimbangan iman (percaya adanya Allah) harus di topang dengan ilmu pengetahuan yang cukup, agar kita tidak terjebak pada fanatisme dan terhindar dari tindakan saling mengkafirkan orang lain yang selama ini terjadi. Bila iman itu telah tertanan di hati kita dengan baik, dan di bungkus dengan ilmu pengetahuan yang cukup, maka harus di aktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Yaitu membantu kaum yang lemah dan memberi pemahaman tentang Tuhan.

Sumber Inspirasi

Hanafi , Hassan, 2007. Islamologi I, dari Teologi Statis ke Anarkis, Jogjakarta, LKiS

Ma’arif , Ahmad Syafi’I, 1995. Membumikan Islam, Jogjakarta, Pustaka Pelajar

Madjid, Nurcholish, 2008. Islam Doktrin Dan Peradaban, Jakarta: Paramadina

________________, Islam Kemoderenan Dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan

Raharjo, M. Dawam, 1996. Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina

Rahman, Fazlur, 1996. Tema Pokok Al-Qur’an, Bandung: Pustaka

Shihab, M. Quraish, 2007. Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan

Sjadzili dkk., Munawir, 2005. Ensiklopedi, Al-Qur’an, Dunia Islam Modern, PT. Dana Bhakti Prima Yoga

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 2007. Filsafat Ilmu, Jogjakarta: Liberti

Kamis, 11 Maret 2010

Sebuah Generalisasi...(Kegelisahan akan efek samping terorisme)

Pemulang, Banten.

Kisahnya mampu meng-cover panggung century. Tak ayal pihak Australia memuji Densus 88.

“ Sekitar 6 bulan yang lalu saat Ramadhan, rumah dokter Fauzi (genknya Dulmatin) sering mengadakan pengajian dimana pesertanya jika pria mereka menggunakan jubah panjang, peci, jenggot panjang. Sedangkan yang wanita memakai jilbab panjang dan memakai cadar. Dan si dokter sudah mulai berubah cara berpakaiannya” Begitu kata salah seorang reporter stasiun televisi.

Ia memang berbicara fakta kawan, namun bagi sebagian orang perkataan itu mengandung sebuah generalisasi yang terungkap amat tersirat.

Hati-hati dengan persepsimu!

Terbukti adanya jika pelaku-pelaku bom ataupun teroris lainnya secara gamblang memakai celana kain di atas lutut, jubah panjang, dan berjenggot lebat. Sedangkan untuk kaum wanitanya tertutup rapat yang terlihat hanya matanya saja itu pun jika tidak menundukkan pandangannya.

Belum lagi keanekaragaman aliran sesat di bumi pertiwi ini…

Dan itu fakta…
Tetapi hati-hati dengan generalisasi…..!!
Hati-hati dengan generalisasi…!!!

Generalisasi yang menyebabkan orang tua cukup protektif terhadap aktivitas anaknya yang berbau keagamaan. Padahal bisa jadi sang anak hanya ingin mencari ilmu kehidupan, yang ilmu tersebut tidak diajarkan di rumah apalagi di sekolah yang hanya 2 jam mata pelajaran dalam pelajaran agama. Bukankah anak shalih itu merupakan jariyah untuk orang tuanya??

Generalisasi yang menyebabkan sekolah menutup (sedikit mengekang) kegiatan pengajian sekolah karena melihat perubahan siswinya sudah mulai mengulurkan jilbabnya hingga dada dengan kaos kakinya, para siswanya sudah mulai mengkritisi kebijakan dan sudah mulai tumbuh jenggot tipisnya.

Generalisasi yang membuat masyarakat berfikir negatif, enggan mengikuti pengajian di lingkungan masyarakat, tidak mengizinkan anak-anak mereka belajar di TPA jika TPA tersebut ustadznya memakai celana di atas lutut dan ustadzahnya berjilbab lebar.

Bukankah masalah teroris ini tidak hanya sebatas masalah keamanan saja??

Dan itu fakta juga kawan…

Tidak bisa dipungkiri, kini muncul fobia terhadap lelaki berjenggot (entah itu dengan jenggot tipisnya ataupun lebat)…
Bukannya memanjangkan jenggot itu sunnah?? Jadi wajar sajalah jika ada yang berjenggot.
Muncul sebuah ketakutan tersendiri terhadap wanita berjilbab lebar menutup dada..(oh.. Tuhan.. bukankah itu jelas-jelas termakaktub di Al-Qur’an? Sombong sekali kalau mengingkari ayat Tuhan). Merasa was-was jika ada yang memakai gamis, berkaos kaki walaupun keadaan sedang tidak bersahabat.

Walupun tidak dicap sebagai teroris, tetapi hanya dikatakan aliran sesat…Itu tetap saja menyakitkan!

Hati-hati dengan generalisasi!

*tulisan ini tidak dimaksud untuk membela aksi teroris hanya ingin mengatakan salahkah jika ada orang maupun sekelompok orang untuk belajar berislam secara kaffah (utuh). Berusaha melaksanakan hal-hal yang tertera di Al-Qur’an tanpa pilih kasih akan perintah Tuhannya.

sumber : endah selalu

RAHASIA KASIH SAYANG ALLAH

Begitu tidak terhingga kasih sayang Allah kepada manusia. Allah ciptakan bumi tempat berdiam. Allah ciptakan langit sebagai atapnya. Dari langit ini Allah kirimkan hujan untuk menghidupkan bumi, dan menumbukan pohonan. Lalu dari pohonan itu Allah keluarkan buah-buahan yang aneka ragam ( QS Al Baqarah : 21-22 ). Tidak hanya itu, Allah juga menciptakan laut untuk berlayar, didalamnya terdapat aneka ragam ikan yang Allah halalkan untuk manusia. Di daratan juga Allah ciptakan binatang-binatang yang dihalakan. Tanpa ini semua manusia tentu tidak bisa bertahan. Penghidupan di atas dunia pasti kurang sempurna.

Imam Ar Razi ketika menafsirkan " arrahmanurrahiem " ( Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ) dalam surat Al-Fatihah, mengungkap betapa kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya sungguh demikian tak terhingga. Ada dua kisah � kata Imam Ar Razi � dalam hal ini yang sangat menarik : Pertama kisah pengalaman Ibrahin bin Adham. Ibrahim menceritakan bahwa suatu hari ia pernah disuguhi makanan oleh suatu kaum yang ia kunjungi. Ketika hendak menyuapnya, tiba-tiba dating seekor gagak mengambil makanan itu. Ibrahim segera mengintai kemana gagak itu pergi. Tidak beberapa jauh gagak itu tiba-tiba menjatuhkan makanan yang diambilnya itu ke sebuah tempat. Ibrahim segera pergi ke tempat itu. Sesampainya di sana Ibrahim tahu, bahwa ternyata makanan tersebut dijatuhkan ke mulut seorang yang sedang terbaring dalam keadaan terikat. Maha suci Allah yang telah menggerakkan gagak ini untuk membantu hambanya yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Kisah kedua � kata Imam Ar Razi terjadi pada Dzin Nun. Dzin Nun bercerita "Suatu hari saya merasa tidak enak di dalam rumah. Saya segera keluar. Saya ikuti langkah saya yang tidak pasti. Sampai kemudian saya tiba di tepi sungai Niel. Di sana saya tiba-tiba melihat seekor kalajengking yang begitu kekar, berjalan menuju sungai Niel. Saya ikuti arah jalannya. Dan ternyata di tepi sungai itu sudah ada seekor kodok yang nampak sedang menunggunya. Kalajengking itu langsung melompat ke kodok tersebut. Kodok segera berangkat, berenang menggendong si kalajengking ke tepi sungai Neil yang lain. Saya segera mengikutinya dengan mengendari sebuah perahu kecil. Di sana saya menyaksikan kejadian yang sungguh mengagumkan. Saya melihat seorang anak muda yang sedang tidur di bawah rindang sebuah pohon. Di sampingnya ada seekor ular yang hendak menyerangnya. Namun ternyata kemudian Kalajengking itu melompat ke ular tersebut. Lalu terjadilah pertarungan yang seru antara kedua mahluk itu. Sampai keduanya sama-sama mati. Dan si anak muda tetap tidur nyenyak ". ( Mafaatihul Gahib : karya Ar Razi : jilid : 1, hal. : 237 ) Maha suci Allah yang telah mengutus seekor Kalajengking dan seekor kodok untuk menyelamatkan seorang hambanya yang sedang tidur nyenyak itu.

Bukti lainnya kita saksikan di dalam diri kita. Allah ciptakan jantung yang sangat menentukan bagi hidup dan tidaknya tubuh yang kita miliki. Allah ciptakan mata untuk melihat. Allah ciptakan tangan, kaki, pendengaran. Allah ciptakan akal. Tanpa itu semua kita akan mati. Kemanusiaan kita tidak akan berfungsi. Allah tahu bahwa akal kita sangat terbatas. Ia butuh bimbingan wahyu untuk bagaimana menjalani hidup kemanusiannya di muka bumi. Karena itu - agar tidak bingung - Allah utus nabi-nabi. Tugas mereka adalah membimbing manusia bagaimana cara hidup. Dan kepada nabi terakhir Muhammad SAW, Allah turunkan syariat yang lengkap yaitu " Al-Qur'an ".

Dengarkan Al-Qur'an memulai suratnya " Al-baqarah " dengan ayatnya " alif laam miem, dzaalikal kitabu laa raiba fieh hudan lil muttaqien " (alif laam miem, inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa). Masih ragukah manusia dengan penegasan ini? Tapi mengapa masih banyak di antara manusia yang sombong. Ia tidak mau bimbingan Allah. Ia lupakan semua nikmat-nikmat dan kasih sayang Allah yang tak terhingga itu. Ia lantas mengaku independent. Akal yang dimilikinya dituhankan. Ia merasa tidak butuh lagi bimbingan wahyu. Padahal ia sangat tergantung terhadapNya. Ia tidak bisa hidup tanpaNya.

Umur yang Mencair Seperti Es

Cepat sekali waktu berlalu. Mengalir tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, bergerak. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita pun berkurang. Kita... semakin dekat ke liang lahat. Saudaraku, entah, apakah pertambahan dan perguliran waktu itu, berarti mendekatkan diri kita pada kenikmatan surga. Atau mendekatkan kita pada kesengseraan neraka. Nauzubillah....

Rasul saw. Menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan seperti perjalanan seorang musafir yang hanya sejenak berhenti di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat panjang. Para ulama juga banyak menguraikan ilustrasi tentang hidup yang amat singkat ini. "Umurmu akan mencair seperti mencairnya es, " kata Imam Ibnul Jauzi. (Luthfu fil Wa'z, 31)

Saudaraku, sahabatku,
Semoga Allah memberkahi sisa usia kita, Permasalah terbesar setiap orang adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak seiring dengan kecepatannya untuk menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat. Ketika, usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri dari beratnya adzab dan siksa Allah swt. Di saat, banyaknya hembusan dan tarikan nafasnya tak sebanding dengan upaya dan jihadnya untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah. Ketika, jumlah detak jantung dan aliran darah yang di pompa di dalam tubuhnya, tak sebanyak gerak dan tingkahnya untuk menjauhi berbagai kemaksiatan yang dapat memunculkan kesengsaraan akhirat.

Saudaraku,
Sesungguhnya jiwa kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah jiwa ini akan kembali....
Suasana hati seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan. Adakah di antara kita yang tidak mempunyai dosa? Atau merasa mampu menebus kotoran dan dosa yang telah dilakukan selama puluhan tahun usia yang telah lewat? Tentu tidak. Perasaan kurang, merasa banyak melakukan kemaksiatan, lalu menimbulkan penyesalan adalah bagian dari pintu-pintu rahmat Allah yang akan mengantarkan kita pada taubat. Suasana hati seperti inilah yang akan mendorogng pemilikinya bertekad mengisi hari dengan amal yang lebih untuk menebus kesalahan yang lalu.

Saurdaraku, mari menangguk pahala, meraih rahmat dan ampunan Allah sebanyak-banyaknya sekarang juga. Perbanyaklah dzikir, bersedekah, berjihad dan beramal shalih.....Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan. Sekarang dan jangan tunda-tunda lagi niat baik kita.... Semoga Allah meneguhkan kekuatan kita untuk melakukan kebaikan yang kita niatkan...
Amiiin.



______
Taufan - getaufan [at] yahoo.com

Rabu, 10 Maret 2010

LANGKAH BERANI MEMULAI BISNIS

KAYA dengan hartga berlimpah merupakan dambaan semua orang...hmm namun banyak orang yang ragu-ragu bahkan takut untuk mulai berbisnis. Keberanian merupakan kunci utama berbisnis. Bila anda telah siap menjadi orang kaya, ikuti petunjuk berikut...lalu ucapkan Bismillah..dan langsung mulai bisnis sekarang juga...
Sekali lagi...yukkk kita mulai dari SEKARANG!!!

Jangan beralasan tapi kerjakan...inilah yang perlu anda lakukan bila benar-benar ingin berbisnis. Sementara ini kita sering mendengar kata, “ Saya tidak bisa berbisnis”, “saya bukan turunan pengusaha”; “Saya tidak berbakat”, “saya sudah tua”; dan seabreg alasan lain. Padahal mencoba aja kita belum, tetapi vonis sudah kita jatuhkan.

Cobalah liat disekeliling anda. Banyak pengusaha sukses yang bukan anak pengusaha, tidak punya modal sama sekali, juga tidak mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan, ada yang memulai bisnis dan sukses di masa pensiun.

Berani bermimpi
Apakah anda percaya adanya syurga?? Tentu donk..apa jadinya jika anda tidak percaya ada syurga?? Kita tidak masuk syurga tentunya. Begitu pun dengan bisnis..apakah anda percaya kalau anda bisa kaya? Jika percaya, satu kunci sudah anda raih untuk kaya, yakni “Keyakinan”. Apakah mungkin sesuatu yang anda tidak yakini akan anda dapatkan??
Sayangnya masih banyak orang tidak berani bermimpi. Padahal mimpi itu gratis dan tidak ada resikonya. Orang sukses di belahan dunia manapun, selalu diawali dengan mimpi (cita-cita). Maka bermimpilah dan yakinlah bahwa anda dapat meraih mimpi anda.

Berani Memulai
Menapaki tangga yang tinggi, pastilah dimulai dari anak tangga pertama. Bila anda ingin menjadi pengusaha kaya, mulailah berbisnis sekarang juga, tak peduli berapa besar skala bisnis yang anda mulai, mulai dan mulai saja...
Mengapa kita harus takut, kalau yang kita lakukan adalah ibadah dan jihad dalam ekonomi??? Bukankah Allah akan selalu menyertai langkah hambaNYa yang berjuang dengan sungguh-sungguh. Bukankah setiap yang melata di muka bumi ini telah Allah jamin makannya. Sehingga meskipun bisnis kita bangkrut kita dan keluarga tidak akan pernah mati kelaparan.
Kalau anda tidak tahu bagaimana untuk memulai,,,coba bertanya kepada orang-orang yang lebih pengalaman. Orang cenderung bangga bila ditanya kesuksesannya. Dan perasaan ini akan anda rasakan bila ditanya orang, ketika anda sukses.
Anda bingung memulainya???hmm..lihat apa yang anda miliki yang bisa anda jual. Keahlian dan hobby anda, ide anda, atau barang dagangan yang dimiliki teman kita yang dapat kita jualkan dan kita dapat persenan/upah. Pokoknya mulai saja, maka dijamin anda akan merasakan hasilnya...

Berani sukses dan Gagal
Tidak ada hasil “bimsalabim” yang seketika ada. Percayalah, kalau sesuatu dengan mudah anda dapoatkan, mudah pula kita kehilangan. Jangan hanya lihat pengusaha sukses saat ini saja. Lihatlah betapa mereka telah mengalami kegagalan yang tak terhitung banyaknya.
Beberapa pengusaha memakai rumus, “Sukses = 3 Gagal +1” artinya jika anda telah gagl tiga kali. Siapa tahu yang keempat anda akan sukses. Begitu seterusnya. Sukses berbanding lurus dengan jumlah kegagalan. Semakin sering kita gagal, berarti semakin dekat dengan kesuksesan.

Berani Mengevaluasi Diri
Kegagalan adalah guru yang paling baik bagi kita. Perang uhud adalah salah satu perang terbesar yang dianggap gagal di zaman nabi, tetapi perang uhud pulalah yang paling banyak diambil pelajarannya oleh umat islam. Artinya, sekali gagal bukanlah

Kiamat bagi bisnis kita. Bukan berapa banyak kegagalan yang pernah kita alami, yang penting adalah berapa kali kita bangkit dari kegagalan.
Kegagalan yang dapat memberikan hikmah dan pelajaran bagi kitalah yang membawa kita kearah kesuksesan. Kalaulah kita gagal dalam bisnis dan kembali gagal dengan permasalahn yang sama, penyebab yang sama, kita tidak lebih baik dari keledai. Keledai saja tidak jatuh pada lubang yang sama kedua kali.
Maka keberanian untuk mengevaluasi diri, kejujuran untuk mengakui kelemahan dan kekurangan kita adalah suatu pelumas yang dapat melicinkan jalan kita menuju sukses.
Lakukanlah dua hal. Pertama, evaluasi secara ruhiyah/spiritual. Ketika kita ditipu, ketika kita rugi, atau ketika kita gagal dalam bisnis, maka periksalah diri kita. Adakah kewajiban dari Allah yang telah kita lalaikan? Adakah dosa/maksiat yang kita perbuat?? Adakah kita melalaikan amanah lain/menzhalimi orang lain di masa lalu atau saat menjalankan bisnis??.
Setelah anda melakukan langkah pertama dengan jujur, pasti anda akan tersenyum menghadapi kegagalan/kerugian tersebut seraya berujar, “Sungguh Engkau Maha Adil ya Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga seluruh kegagalan/kerugian ini membayar lunas semua kesalahanku pada masa lalu, tanpa harus menunggu dibayar di akhirat” dan yakinlah, bahwa setelah kesusahan selalu ada kemudahan.

Tulisan ini tidak akan bermanfaat sama sekali, jika anda tidak segera memulai berbisnis. Paling anda hanya wawasan anda semakin kaya, namun dompet anda tidak pernah kaya...

Segera bertindak, mulailah sekarang juga. Jangan tunggu hingga esok. Itu berarti anda telah melakukan sunnah Rasulullah SAW..dan...”ahlan wa sahlan, selamat datang wahai para penguasaha muslim. Semoga kesuksesan dan ridho Allah swt menyertai kita bersama. Amienn...