Senin, 19 April 2010

Qiyadah Wal Jundi


Qiyadah-Jundiyah Yang BERSAHABAT!
Bismillahirrahmanirrahim…
“Tidak ada Islam tanpa jama'ah , tidak ada jama'ah tanpa qiyadah , dan tidak ada qiyadah tanpa ketaatan”. Demikian ungkapan Umar bin Khattab, yang mungkin kita sering dengar. Sudah menjadi sunnatullah bahwa sebuah pergerakan baru akan bergerak apabila ada yang menggerakkan, dan sudah sepatutnya sebuah pergerakan terdiri dari organisasi, pemimpin dan yang dipimpin. Namun, dalam perjalanan dakwah ini terkadang para pemimpin hanya menuntut untuk ditaati tanpa ia melakukan atau memperhatikan unsur - unsur yang menimbulkan ketaatan tersebut. Sebaliknya, yang dipimpin terkadang begitu mudahnya melanggar atau tidak mentaati amanah pemimpinnya hanya karena ia merasa kurang dekat atau kurang diperhatikan oleh sang pemimpin.

Ikhwahfillah ...
Dalam gerakan dakwah kampus tentu tidak sepatutnya melulu berkutat pada persoalan pribadi antara qiyadah dan jundiyah yang beramal didalamnya, oleh sebab itu pentingnya kesalingpahaman antara kedua belah pihak. Qiyadah hendaknya tidak hanya menuntut untuk dipahami dan ditaati oleh para jundiyahnya, ia harus menjadi bagian atau berempati terhadap kondisi yang dialami oleh para jundiyahnya. Sesekali membuat kebijakan tanpa terlebih dahulu meminta pendapat para jundiyah, terlebih dalam keadaan mendesak adalah suatu hal yang biasa, tetapi apabila terlalu sering maka hal ini mungkin bisa menimbulkan ‘bencana’ yang luar biasa di organisasi dakwah tersebut.
Para qiyadah hendaknya menyadari bahwa jundiyahnya hanyalah manusia biasa yang punya rasa, mereka butuh bimbingan, perhatian, motivasi, serta penghargaan. Jangan melulu menuntut mereka memenuhi kebijakan yang telah dibuat, sesekali bertanyalah dan mintalah kritikan dari mereka atas kebijakan yang telah dibuat tersebut. Demikian pula halnya para jundiyah, harus menyadari bahwa qiyadahnya hanyalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, dan keterbatasan itu menjadi ladang amal bagi jundiyah. Qiyadah memiliki beban lebih dibanding jundiyah. Karena kelak ia akan mempertanggung jawabkan apa-apa yang dipimpinnya. Termasuk, apa yang dilakukan oleh para jundiyahnya selama ia memimpin.  Jangan melulu menuntut untuk diperhatikan oleh qiyadah, sesekali mbok yaa berinisiatif menginformasikan sesuatu tanpa terlebih dahulu diminta atau beramal tanpa menunggu untuk diinstruksikan. Intinya satu sama lain hendaknya membentuk simbiosis mutualisme yang di dasari oleh satu hal yaitu mardhotillah. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang diciptakan-Nya, termasuk yang tersembunyi dalam diri kita yaitu hati kita. Jadi…mari kita luruskan niat dan rapatkan barisan, jangan biarkan syaithon (dari golongan jin dan manusia) masuk ke dalam barisan kita dan membisikkan godaannya sehingga memporak-porandakan bangunan yang sudah kita susun BERSAMA selama ini.


An-Najm’ers
 Pemimpin, sekaligus dipimpin
Siap dipimpin dan memimpin.